Prosedur kerja merupakan dokumen atau tools yang dipakai sebagai referensi dalam melakukan pekerjaan, tetapi tidak semua perusahaan telah memiliki prosedur kerja yang tercatat. Prosedur kerja hanya berdasar pada rutinitas dan ingatan beberapa pekerja, pekerja senior akan memberi contoh pada pekerja-pekerja yang lebih muda. Hal semacam ini pastinya akan sangat berisiko jika hanya memercayakan rutinitas atau ingatan beberapa pekerja saja. Mengingat beberapa pekerja akan makin menua serta kesetiaan pekerja satu dan lain tidaklah sama, cobalah banyangkan bila beberapa pekerja yang tahu mengenai pekerjaan itu resign atau pensiun?
Oleh karenanya memerlukan standard kerja yang tercatat agar semua pekerja mengerti pekerjaan, baik pekerja lama ataupun pekerja baru, pekerja tua ataupun pekerja muda memiliki pemahaman yang sama berkaitan pekerjaan yang akan dilakukan. Dalam salah satu Grup K3, ada anggota yang mempertanyakan " Bagaimana Cara Membuat SOP di Perusahaan? ", hal semacam ini karena di perusahaan tempatnya bekerja belum ada SOP berkaitan K3 sebagai referensi kerja. Demikian antusiasnya beberapa praktisi K3 menolong menjawab pertanyaan itu dan memberi anjuran yang sangat bagus-bagus, dan ada satu hal sebagai perbincangan yaitu " bagaimana mengaplikasikan system pada perusahaan yang memiliki modal minim? ". Pastinya hal semacam ini perlu disikapi dengan cara bijak, mengingat sangat pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam suatu industri, tetapi perlu juga memperhitungkan kebijakan entrepreneur sebagai yang memiliki kebijakan. Apakah Semua Perusahaan Telah Mengaplikasikan System Manajemen K3? Tidak semua perusahaan telah mengaplikasikan system manajemen K3 (keselamatan dan kesehatan kerja), ada banyak perusahaan di Indonesia ini yang belum memiliki SOP tercatat, belum memiliki kebijakan mengenai K3, atau bahkan juga belum memiliki identifikasi bahaya pada kesibukan kerjanya. Beberapa perusahaan akan memilih untuk Meningkatkan Perusahaannya terlebih dulu, baru pikirkan pengembangan system. Hal semacam ini sering terjadi pada Perusahaan yang memiliki modal minim. Apakah itu salah? tidak seutuhnya... Suatu perusahaan yang telah berkutik dengan system pada awal terbentuknya akan alami banyak terhalang pekerjaannya karena pikirkan kesempurnaan system. Oleh karenanya, Kembangkan perusahaan terlebih dulu, baru pikirkan system. Buat prosedur simpel sebagai referensi kerja awal, kemudian selalu memperbaikinya agar lebih baik. Pastinya ini tidak berlaku untuk Perusahaan yang padat modal, perusahaan dengan modal besar biasanya dapat segera mengaplikasikan system di perusahaannya. Selalu Bagaimana Langkah-Langkah Agar Memiliki SOP di Ruang Kerja.? Untuk langkah awal agar perusahaan dapat memiliki SOP yaitu dengan lihat Perusahaan lain yang bagian pekerjaannya sama. Lalu ATM (Amati, Tiru, dan Modifikasi) SOP yang ada pada perusahaan itu. Setelah mengikuti dari perusahaan lain, perusahaan telah memiliki referensi kerja. Tetapi, biasanya bila kita mengaplikasikan ATM dari perusahaan lain yang setipe, akan ada SOP yang menungkin tidak cocok dengan kesibukan di perusahaan kita. Untuk menghadapi hal itu memerlukan perbaikan-perbaikan pada system. Bagaimana agar tak ada SOP yang tidak cocok dengan kesibukan kerja? Pada awal pekembangan system manajemen (ISO, OHSAS, SMK3) pengaturan SOP akan merujuk pada klausul yang dipersyaratkan dalam system manajemen K3 itu, tetapi hal itu sering menyebabkan ketidaksesuaian SOP dengan kesibukan yang ada di semasing bagian (departemen). Oleh karenanya, saat ini banyak praktisi K3 dan Pengembang System Manajemen K3 memisah-milah SOP berdasar pada Bussiness Process semasing departemen atau bagian. Hingga SOP yang di buat berdasar pada kesibukan yang ada dibagian itu saja. Bila diambil kesimpulan kalau System Manajemen memang diperlukan, tetapi bila perusahaan belum dapat untuk sampai ke level itu maka langkah yang perlu dilakukan yaitu membuat standard kerja sedapatnya sambil selalu melakukan perbaikan, hal semacam ini lebih baik daripada terpaku pada hasrat System manajemen yang tersertifikasi tetapi selalu terhalang disuatu hal yang pada akhirnya tidak pernah berbuat apa-apa untuk perubahan system di perusahaan itu. Standard kerja dapat di buat berbentuk JSA (Job Safety analysis), contoh saja perusahaan yang bagian pekerjaannya sama. Penggunaan alat pelindung diri (sepatu safety, helm safety, baju safety, dll) saat bekerja di area berbahaya juga sangat penting perannya untuk melindungi pekerja dari cidera yang mengintai. " Ingat.. Lebih baik Mengikuti Untuk Kebaikan, daripada Tidak Pernah Berbuat Apa-Apa "
0 Comments
Leave a Reply. |
AuthorHello World. :) Archives
April 2019
Categories |